Terlepas dari kebijakan luar negerinya yang kontroversial, Amerika Serikat (AS) mengajarkan kepada kita betapa indahnya demokrasi. AS tidak hanya mengklaim sebagai motor utama demokrasi. Negara yang berumur 236 tahun itu juga membuktikannya dalam tataran kehidupan nyata. Pemandangan itu tersaji dalam perhelatan pemilihan presiden AS yang baru saja rampung.
Di tengah hiruk-pikuk pesta kemenangan kubu Barack Obama, mereka tetap mampu menahan diri untuk tidak mengejek pihak yang kalah. Sebaliknya, meski harus menahan kecewa sekuat tenaga, kubu Mitt Romney dengan besar hati menerima kekalahan dan bahkan langsung memberikan ucapan selamat kepada sang pemenang. Sungguh pelajaran elok yang wajib ditiru.
Dalam pertarungan politik, kalah atau menang adalah keniscayaan. Tidak bisa dihindari. Justru yang paling penting adalah bagaimana menyikapi kemenangan atau kekalahan tersebut. Dan, sekali lagi, warga AS memberikan teladan yang apik. Betapa dewasanya mereka menyikapi perbedaan. Kedewasaan yang sama dipertontonkan para pemimpin negeri Paman Sam tersebut saat berpolitik.
Begitu menyadari secara matematis tidak bisa menyalip electoral vote Obama, meski perhitungan suara masih berlangsung, Romney dengan besar hati menerima kekalahan. Kubu Partai Republik pun menyiapkan ajang bagi calon presidennya itu untuk menyampaikan pidato kekalahan. Dan, diatas panggung nan megah yang didominasi bendera AS di Boston, Romney muncul di depan ribuan pendukungnya.
Mantan gubernur Massachusetts itu sudah pasti kecewa karena gagal menjadi orang nomor satu di AS. Namun, Romney tidak larut dalam duka yang dalam. Dia malah mengajak pendukungnya untuk sama - sama berdoa dan membantu perjuangan Obama memimpin AS empat tahun ke depan.
Sesaat setelah Romney turun panggung, giliran Obama menyampaikan pidato di markas pemenangan Partai Demokrat di Chicago. Tidak ada klaim kemenangan yang beraroma kesombongan. Meski menang telak, Obama tidak lantas jemawa. Pria yang pernah empat tahun tinggal di Indonesia itu menyebut kemenangannya sebagai kemenangan seluruh rakyat AS. Tak lupa dia mengucapkan terima kasih kepada pendukung dan juga Romney. Sungguh pelajaran besar dari bangsa yang besar.
Dalam beberapa hal, kita dan AS kadang tidak sama. Politik luar negeri kita kadang juga berseberangan dengan mereka. Tapi, untuk urusan kedewasaan berpolitik, kita harus berkaca kepada negeri bekas jajahan Inggris tersebut. Kemauan untuk menerima kekalahan dan kesantunan dalam merayakan kemenangan sudah seharusnya dicontoh oleh rakyat dan pemimpin negeri ini. Silahkan bertarung habis - habisan mengejar kekuasaan. Silahkan mendukung habis - habisan pemimpin idola kita. Namun ingat, kepentingan bangsa ada diatas semua itu.
Di tengah hiruk-pikuk pesta kemenangan kubu Barack Obama, mereka tetap mampu menahan diri untuk tidak mengejek pihak yang kalah. Sebaliknya, meski harus menahan kecewa sekuat tenaga, kubu Mitt Romney dengan besar hati menerima kekalahan dan bahkan langsung memberikan ucapan selamat kepada sang pemenang. Sungguh pelajaran elok yang wajib ditiru.
Dalam pertarungan politik, kalah atau menang adalah keniscayaan. Tidak bisa dihindari. Justru yang paling penting adalah bagaimana menyikapi kemenangan atau kekalahan tersebut. Dan, sekali lagi, warga AS memberikan teladan yang apik. Betapa dewasanya mereka menyikapi perbedaan. Kedewasaan yang sama dipertontonkan para pemimpin negeri Paman Sam tersebut saat berpolitik.
Begitu menyadari secara matematis tidak bisa menyalip electoral vote Obama, meski perhitungan suara masih berlangsung, Romney dengan besar hati menerima kekalahan. Kubu Partai Republik pun menyiapkan ajang bagi calon presidennya itu untuk menyampaikan pidato kekalahan. Dan, diatas panggung nan megah yang didominasi bendera AS di Boston, Romney muncul di depan ribuan pendukungnya.
Mantan gubernur Massachusetts itu sudah pasti kecewa karena gagal menjadi orang nomor satu di AS. Namun, Romney tidak larut dalam duka yang dalam. Dia malah mengajak pendukungnya untuk sama - sama berdoa dan membantu perjuangan Obama memimpin AS empat tahun ke depan.
Sesaat setelah Romney turun panggung, giliran Obama menyampaikan pidato di markas pemenangan Partai Demokrat di Chicago. Tidak ada klaim kemenangan yang beraroma kesombongan. Meski menang telak, Obama tidak lantas jemawa. Pria yang pernah empat tahun tinggal di Indonesia itu menyebut kemenangannya sebagai kemenangan seluruh rakyat AS. Tak lupa dia mengucapkan terima kasih kepada pendukung dan juga Romney. Sungguh pelajaran besar dari bangsa yang besar.
Dalam beberapa hal, kita dan AS kadang tidak sama. Politik luar negeri kita kadang juga berseberangan dengan mereka. Tapi, untuk urusan kedewasaan berpolitik, kita harus berkaca kepada negeri bekas jajahan Inggris tersebut. Kemauan untuk menerima kekalahan dan kesantunan dalam merayakan kemenangan sudah seharusnya dicontoh oleh rakyat dan pemimpin negeri ini. Silahkan bertarung habis - habisan mengejar kekuasaan. Silahkan mendukung habis - habisan pemimpin idola kita. Namun ingat, kepentingan bangsa ada diatas semua itu.