Oleh Makmun Nawawi
Seorang kiai melakukan perjalanan bersama santri-santrinya. Di tengah perjalanan, ternyata masuk waktu (Zhuhur). Kemudian sang kiai, yang selalu mempunyai wudhu, bertanya kepada para santrinya, "Apa kalian punya wudhu?"
"Tidak, Pak Kiai," jawab santri-santrinya.
"Wudhu saja kalian tidak punya, apalagi duit ...," seloroh sang kiai.
Canda yang dilontarkan sang kiai tentu bukan tanpa pesan, melainkan menyisipkan nasihat yang menawan. Tidak hanya mempraktikkan gaya nasihat yang cair dan alami, tapi mencoba menggebah motivasi dan menggugah logika santri-santrinya; santri jangan susah, maka raih peluang-peluang yang ada di depan mata. Betapa banyak peluang dan hal-hal yang ringan dan gratis yang tersaji di hadapan mereka.
Sang kiai mengingatkan, kalau hal-hal yang ringan dan gratis saja para santri tidak punya, seperti wudhu, bagaimana dengan hal lainnya yang harus dicari sedemikian rupa, misalnya duit atau kekayaan?
Pesan utama yang dipraktikkan sang kiai kepada para santrinya adalah bagaimana ia terus melazimkan wudhu. Sebab, banyak keutamaan dalam wudhu. Seorang Bilal bin Rabah bisa menjadi penghuni surga karena wudhu, bahkan kabar tersebut sudah ia terima sejak masih menjejakkan kakinya di muka bumi ini alias masih hidup.
Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa Rasulullah bertanya kepada Bilal ketika shalat Fajar, "Wahai Bilal, ceritakan kepadaku tentang amalan yang paling engkau amalkan dalam Islam, karena aku sungguh telah mendengar gemerincing sandalmu di tengah-tengahku dalam surga."
Bilal berkata, "Aku tidaklah mengamalkan amalan yang paling kuharapkan di sisiku, hanya aku tidaklah bersuci di waktu malam atau siang, kecuali aku shalat bersama wudhu itu sebagaimana yang telah ditetapkan bagiku." (HR Bukhari).
Secara medis, sudah diakui bahwa wudhu bisa menghilangkan mikroba yang bersarang dalam hidung, yang jika mikroba ini cepat menyebar dan berkembang-biak, akan menyebabkan munculnya berbagai penyakit. Lebih-lebih kalau sampai ke tenggorokan, lalu masuk menerobos ke peredaran darah. Maka, berbahagialah orang yang melazimkan diri berwudhu secara terus-menerus. Karena dengan istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung), lalu mengeluarkannya lagi, hidung bersih dari debu, kuman, dan bakteri.
Bahkan, Prof Leopold Werner von Ehrenfels, seorang psikiater sekaligus neurolog berkebangsaan Austria, memeluk Islam lantaran berhasil menguak keajaiban yang ada dalam wudhu karena mampu merangsang pusat syaraf dalam tubuh manusia. Adanya keselarasan air dengan wudhu dan titik-titik syaraf menjadikan kondisi tubuh selalu sehat.
Manfaat secara ilmiah dan medis ini hanya sebagian kecil dari berkah wudhu. Masih begitu banyak hikmah lainnya dari amal yang ringan ini. Wudhu bisa menghapus dosa-dosa kecil dan mengangkat derajat seseorang (HR Muslim).
Wudhu adalah tanda dari pengikut Nabi SAW (HR Muslim). Wudhu bisa mengurai ikatan atau jeratan setan (HR Bukhari-Muslim). Wudhu adalah separuh dari iman (HR Muslim). Dengan wudhu, seorang Muslim juga bisa meraih kecintaan dari Allah: "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang tobat dan orang-orang yang bersuci." (al-Baqarah: 222).