Kanker mulut memang kurang dikenal luas. Hal ini memunculkan kekhawatiran dari beberapa ilmuwan di Amerika Serikat karena banyak pasien yang tidak menyadari gejalanya namun tahu-tahu meninggal karenanya.
Seorang dokter bedah di Michigan State University, Barry Wenig pun mempelopori pengembangan sebuah tes dengan menggunakan air liur yang sederhana dan murah untuk deteksi dini kanker mulut.
Wenig yang juga profesor di College of Human Medicine"s Department of Surgery dan pemimpin proyek ini bekerjasama dengan Delta Dental of Michigan"s Research and Data Institute untuk menyusun data dan merekrut para dokter gigi yang nantinya membantu percobaan yang dilakukan Wenig dan timnya.
Studi ini akan mendaftar 100-200 pasien yang memiliki lesion (jaringan tidak normal) putih atau adanya jaringan yang tumbuh di dalam mulut dan daerah amandelnya untuk diuji sebagai bagian dari percobaan klinis.
Dalam percobaan ini nantinya Wenig dan timnya akan mencari biomarker atau tanda-tanda biologis tertentu yang sebelumnya diidentifikasi oleh para peneliti di UCLA. Biomarker inilah yang mengkonfirmasi adanya kanker mulut.
Dengan menciptakan tes dengan air liur yang sederhana dan mampu mengidentifikasi kehadiran biomarker, dokter umum dan dokter gigi bisa mengetahui pasien mana yang memerlukan perawatan dan pasien mana yang bisa menghindari biopsi (tes yang melibatkan penghapusan sel atau jaringan untuk pemeriksaan) invasif yang tidak perlu.
"Sebagian besar lesionnya jinak sehingga mayoritas penderita malah mendapatkan biopsi yang sebenernya tidak perlu," ujar Wenig seperti dilansir dari medindia.
"Sebaliknya, tes sederhana akan memungkinkan kita untuk mengidentifikasi pasien dengan lesion ganas dan mendorong pasien untuk mendapatkan pengobatan lebih cepat," ungkapnya.
Kanker mulut memiliki tingkat kelangsungan hidup yang rendah karena lambatnya deteksi dini. Wenig pun berkata: Hanya 60 persen pasien yang hidup lebih dari lima tahun setelah diagnosis. Bahkan diantara para pria kulit hitam, tingkat kelangsungan hidupnya kurang dari 38 persen.
"Tantangan utama untuk mengurangi tingkat kematian dan morbiditas kanker mulut adalah untuk mengembangkan strategi identifikasi dan deteksi penyakit saat masih berada pada tahapan yang sangat dini," katanya.
Selain Delta Dental"s Research and Data Institute untuk memantau perkembangan proyek ini, Wenig juga berkolaborasi dengan PeriRX, perusahaan asal Pennsylvania yang akan mensponsori percobaan ini bersama FDA.
"Tes ini bersifat non-invasif karena pasien hanya perlu meludah dalam sebuah cangkir. Kemudahan tes ini pun akan memperluas kemampuan kita untuk memindai lesion kanker secara efektif," papar Wenig.
Wenig mencatat, "Sekarang ini belum ada pemindaian dini untuk mendeteksi sebagian besar kanker yang terjadi di kepala dan leher sehingga tes ini bisa menjadi inovasi yang luar biasa." Selain itu, tes ini berpotensi menghemat biaya perawatan kesehatan karena jumlah biopsinya bisa dikurangi, tambahnya.